Jambore Sahabat Anak 2011



Jambore Sahabat Anak (JSA) adalah acara tahunan yang selalu saya nantikan dari Yayasan Sahabat Anak. Entah mengapa, saya merasa jatuh hati pada kegiatan ini sejak pertama kali saya ikuti pada tahun 2010 (baca post sebelumnya "Jambore Sahabat Anak 2010).

JSA 2011 mengusung tema "HAK UNTUK BERMAIN". Ya, berdasarkan konvensi PBB, salah satu hak anak adalah bermain. Setiap individu harus menghargai dan memberi ruang anak-anak untuk bermain. Menurut saya, bermain bukan hanya untuk hiburan dan menghilangkan kejenuhan, namun bermain merupakan sarana positif anak-anak untuk menyalurkan kreatifitas dan bakat yang ia miliki. Permainan juga dapat mengasah kebersamaan dan kerjasama dalam kelompok. Hal tersebut juga berguna bagi setiap individu, karena manusia adalah makhluk sosial

JSA 2011 diselenggarakan pada 2-3 Juli 2011 di Buperta Ragunan. Sebelum hari H, diadakan briefing kepada calon volunteer untuk memberikan pengenalan dan informasi mengenai JSA serta pembagian kelompok. Pada tahun ini, saya menjadi bagian dari SA Tanah Abang. Bertemu dengan penanggungjawab kelompok SA Tanah Abang, kami pun para volunteer mengatur jadwal untuk mendatangi basecamp mereka untuk persiapan JSA.

Ketika mengunjungi basecamp mereka, saya sangat shocked. Itu adalah pertama kalinya saya melihat dengan mata kepala sendiri dan berada di rumah-rumah triplek tepat samping rel kereta api daerah Tanah Abang. Selain shocked, saya pun reflek merasa worried setiap ada kereta yang melintas. Terasa sedikit getaran ketika kereta-kereta itu melintas. Saya pun merasa iba dengan tempat tinggal mereka yang hanya seperti itu. Selain tidak layak, pastinya akan mengancam keselamatan mereka. Apalagi rumah yang berada di antara 2 lintasan rel.

Add caption
Add caption


Di basecamp SA Tanah Abang tersebut, kami merancang persiapan untuk JSA dari yang berupa ide hingga pada akhirnya mempersiapkan segala perlengkapan yang diperlukan. Saya ingat sekali, kami dengan semangat membuat hiasan tenda, adik-adik latian yel-yel dan pertunjukan, dan sebagainya. Sangat menyenangkan.

Sesuai dengan temanya, maka setiap kelompok dan acaranya pun berkaitan dengan permainan. Kelompok tanah abang menjadi kelompok "Lompat Karet", salah satu permainan tradisional yang terkenal dan pastinya dahulu kita pernah bermain permainan tersebut.


Add caption
Add caption
Acara dimulai dari Kebun Binatang Ragunan. Bukan hanya sekedar meeting point, namun memang pada hari pertama, kegiatan pertama kami dilakukan di Kebun Binatang. Kami mengelilingi area tersebut sesuai dengan pos-pos yang telah ditentukan. Meskipun lelah mengelilingi area kebun binatang yang sangat luas tersebut, tapi setidaknya mereka senang dengan melihat-lihat binatang yang ada disana.

Pada hari kedua, seluruh kegiatan dilangsungkan di area perkemahan. Seharian kami mengelilingi pos-pos yang telah ditentukan. Setiap pos, ada permainan yang setiap kelompok harus selesaikan. Ada lomba balap karung sekaligus makan kerupuk, mengumpulkan air, gundu, dan sebagainya. Setelah seharian berkegiatan, puncak acaranya adalah dengan menobatkan para juara. Kelompok "Lompat Karet" mendapatkan juara sebagai tenda kreatif. Yeay! Tidak hanya tenda lompat karet, kelompok lainnya juga menghias tendanya dengan sangat kreatif dan menarik.

Add caption

Add caption
Salah satu yang mengharukan selama acara ini adalah saya sempat bertemu dengan adik-adik Mangga Dua yang pada tahun lalu saya merupakan volunteer di kelompok mereka. Sangat bahagia sekaligus mengharukan ketika mereka masih mengingat saya dan volunteer yang lain. Beberapa dari mereka pun sempat sedikit cerita kepada saya.

Add caption
Add caption


Pada JSA tahun ini membuka mata saya bagaimana hidup di pinggir rel kereta api. Meskipun hanya merasakan beberapa jam berada di rumah triplek tersebut, setidaknya dapat membuat saya membayangkan kehidupan sehari-hari mereka. Oleh karena itu, kita yang lebih beruntung dari mereka, sebaiknya tetap selalu bersyukur dengan yang dimiliki dan juga bila berkemampuan membantu mereka dalam berbagai cara.

Saya meyakini anak-anak tersebut mempunyai keinginan yang kuat untuk mendapat hidup yang lebih baik. Selain untuk diri mereka sendiri, pastinya untuk "mengangkat" keluarga mereka dari "ketidakberuntungan" tersebut. Ini bukan hanya sekedar ucapan atau perkiraan belaka. Karena salah satu anak yang hidup di pinggir rel kereta api dan dahulunya pengamen  yaitu Nining, kini ia kuliah di Trisakti School of Management. Proud of her!

Adik-adik yang menjadi tanggung jawab saya selama acara 

Komentar