Hingga detik ini, Kepulauan Seribu masih menjadi salah satu tujuan destinasi favorit terutama bagi warga Jakarta, terlebih yang menyukai alam dan pantai. Dengan segala kesibukan yang ada dan hanya memiliki waktu luang yang singkat, Kepulauan Seribu dianggap tujuan yang tepat karena jaraknya tidak jauh dari Jakarta. Kurang lebih dapat dicapai kurang lebih selama 3-4 jam dengan menggunakan kapal perahu dari Pelabuhan Muara Angke, Jakarta Utara.
Sesuai dengan namanya, Kepulauan Seribu terdiri dari berbagai pulau yang penuh dengan keindahan alamnya. Salah satu pulau yang menjadi favorit adalah Pulau Tidung. Pulau ini terdiri dari Tidung besar dan Tidung kecil yang dihubungkan dengan sebuah jembatan panjang yang dikenal dengan sebutan Jembatan Cinta. Dengan segala keindahan yang dimiliki, pengunjung Pulau Tidung semakin meningkat. Namun disayangkan, dengan meningkatnya wisatawan lokal dan turis, ternyata mempengaruhi lingkungan Pulau Tidung yang lambat laun mulai tidak terawat. Inilah salah satu alasan teman-teman dari Global Citizen Corps untuk mengadakan kegiatan yang diberi nama "Sahabat Seribu Pulau" pada tanggal 6-8 Mei 2011. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran para wisatawan terutama para pemuda untuk tetap menjaga lingkungan sekitar ketika sedang travelling atau berlibur.
Ketika saya mengetahui adanya kegiatan ini, saya mencoba untuk mengikuti seleksi peserta. Alhamdulillah, ternyata saya terpilih. Ketika saya melihat pengumuman peserta terpilih melalui email yang dikirimkan oleh panitia, ternyata tercantum nama 2 orang teman sejurusan saya dan 1 orang junior saya di kampus. Padahal saya tidak janjian ataupun bilang ke mereka bahwa saya ikut mendaftar dalam kegiatan ini. Tapi saya senang, setidaknya dalam kegiatan ini sudah ada teman-teman yang sudah saya kenal. Sisanya, pasti menambah teman baru. Bagi saya, kegiatan ini memiliki kesan tersendiri karena adanya bermacam cerita yang mengiringi, selama, dan menutup kegiatan ini yang terkait dengan diri saya..hahahahhaa. Jadi, yaa tulisan saya ini pastinya panjang sekali :D
Dengan segala perbekalan yang sudah saya siapkan, mungkin sekitar pukul 5.30 atau 6.00 pagi saya seorang diri berangkat dari rumah. Sesungguhnya saya tidak hafal ataupun familiar dengan rute dari rumah ke Muara Angke. Namun saya merasa tertantang untuk dapat sampai tujuan sendiri. Dengan bekal rute perjalanan yang diberikan panitia dan juga research yang saya lakukan melalui jendela dunia alias google, saya pun mantap berangkat dari rumah menuju Muara Angke, meskipun tetap ada rasa sedikit takut sih. Maklum saja, saya sangat amat jarang melewati daerah-daerah tersebut. Yaaaa anggap saja lah ini sedang menjadi bolang versi pemula.
Dengan menggunakan metro mini, saya berangkat dari rumah menuju blok m. Jarak tidak terlalu jauh sih, jadi perasaan saya yaa biasa saja. Dari blok m saya memilih trans jakarta (yang dikenal dengan sebutan busway), transit di Harmoni lalu pindah koridor menuju arah Kalideres. Ketika ingin pindah koridor saya sempet bingung dimana koridor yang ke arah Kalideres, tapi untungnya ada petunjuknya. Aman deh! :))))) Soalnya saya termasuk orang yang tidak mau menunjukkan ketidaktahuan atau kebingungan saya di saat-saat seperti itu. Bukannya malu atau gengsi, tapi saya hanya menghindari dan takut akan penipuan atau sejenisnya. Tapi di saat yang tepat saya pasti akan bertanya dengan orang yang saya anggap tepat dan meyakinkan juga.
Lanjut dari Harmoni, saat itu busnya lama sekali datangnya! Saya sempet khawatir datang terlambat dan ditinggal rombongan di Muara Angke karena setiap penyebrangan ada jadwal keberangkatannya. Malah semakin lama semakin membludak penumpang yang menunggu. Uh, sungguh hampir tidak kuat berada diam di tengah-tengah berbagai macam orang, ditambah lagi dengan tas ransel yang ada di punggung saya. Bus pun datang, dan bus nya pun terisi sangat penuh dan sesak. Saya berdiri dekat pintu. Keuntungannya adalah saya dapat mendengar nama-nama halte yang diucapkan oleh petugas. Jadi saya tidak akan kelewatan halte yang saya tuju. Nah, selama di bus ini saya sangat berhati-hati dengan diri dan bawaan saya. Maklum, itu pertama kalinya saya naik busway yang ke arah Kalideres. Busnya berwarna biru atau abu-abu (saya lupa) dan agak berbeda dengan bus yang di koridor 1 (Blok m - Kota). Tapi tetep saya berusaha pasang tampang seperti orang yang sering naik bus ke arah Kalideres aja..hehehe.
Saya lupa saat itu saya berhenti di halte mana. Maaf, tapi maklum saja, kegiatan ini kan tahun 2011 sedangkan saya menulisnya baru sekarang, yaitu tahun 2013..hehhee. Yang pasti, seingat saya, saya merasa aneh di daerah yang baru pertama kali saya datangi. Sesuai bekal rute tranportasi yang saya miliki, setelah turun dari transjakarta, saya harus naik angkot ke Muara Angke. Dengan sok menganalisa, akhirnya saya tau harus ke arah mana. Sempet agak bingung dan ingin memutuskan naik ojek saja biar langsung sampe tujuan, tapi saya kembali ke rencana awal saja naik angkot. Saya takut kalau dibawa keliling atau dibohongin tukang ojeknya.
Naik angkot lah saya. Kali ini sempet memastikan abangnya kalo rutenya ke Muara Angke dan si abang menjawab iya. Selama perjalanan benar-benar merasa asing dengan daerahnya dan tetap semakin berhati-hati. Ingat sekali, saya melewati beberapa pabrik dan kawasan-kawasan industri seperti itu. Oh ya, si abang angkotnya sempat bertanya pada saya karena melihat gendongan ransel saya. Kalau tidak salah ingat, agak-agak lupa sih, si abang angkot itu pikir saya mau mudik atau pulang mudik gitu..hahahahhahaaa! Agak sialan sih yaa :)))))
Selama di angkot, penumpangnya lama-lama turun semua. Sempet bingung, khawatir dan udah sigap untuk melakukan perlawanan ataupun teriak kalau terjadi hal yang di luar rencana. Sambil memantau penunjuk jalan, saya mengira-ngira juga lokasi Muara Angkenya. Hingga akhirnya tinggal saya sendiri penumpang di angkot tersebut dan kemudian angkot masuk ke area-area seperti pasar. Si abang angkot bilang udah sampe, yauda turun lah saya. Katanya saya tinggal jalan aja ke arah pelabuhan. Saya bayar angkotnya dan bilang terima kasih, kemudian abangnya pergi lah (seperti kembali balik ke rutenya). Tapiiiii, ketika saya turun saya tidak bisa mengira-ngira dimana pelabuhannya karena saya berada di sebuah pasar ikan yang becek dan bau ikan pastinya :D.
Sempet mau mencoba jalan sendiri menuju pelabuhan yang entah dimana itu dengan melewati jalanan yang becek, tiba-tiba saya melihat ada seorang perempuan yang berpakaian kaos "Global Citizen Corps" di becak yang melewati saya. Nah, saya langsung berpikir untuk naik becak saja. Kebetulan pas turun dari angkot, abang-abang becak itu langsung menawarkan jasanya untuk ke pelabuhan. Di becak, saya melihat berbagai aktivas dan orang-orangnya di sisi kiri kanan saya. Sebagaimana jalanan pasar, apalagi pasar ikan, yaa pastinya becek dan tidak rata juga jalanannya. Jadi, seperti gujlak gujluk gitu. Akhirnya, abang becak pun mengantarkan saya sampai pelabuhan. Huh, saya pikir, untuuuung banget ada abang becak, kalo enggak, sudah lah sekotor apa saya melewati jalanan tersebut dan kebingungan saya yang tidak tau letaknya pelabuhan.
Akhirnya, petualangan rute ini pun selesai juga. Akhirnya selamat sampai tujuan Muara Angke sendirian. Yeay! Setelah sampai, saya pun mencoba menghubungi teman saya yang sudah sampai duluan. Kami memang tidak berangkat bersama karena rumah kami yang berjauhan dan tidak searah sama sekali. Nah di sini, saya hampir saja salah masuk perahu! Saya tidak menangkap baik informasi yang diberikan dan kita pun saling mencari. Sampai teman saya bilang dia sedang duduk di dalam perahu (tapi yang satunya lagi masih mencari saya juga). Nah ketika itu ada beberapa perahu di hadapan saya. Namun ada satu perahu yang sudah mau berangkat, dan si abang perahu mengajak saya cepat masuk dan sejenisnya itu. Meskipun rasanya agak aneh, saya sempet berpikir itu perahu rombongan saya. Kalau tidak salah ingat, saya sempat sudah menginjakkan kaki di perahu tersebut tetapi ketika perahu mau berangkat saya langsung cepat-cepat keluar karena saya yakin bukan ini perahunya. Dan benar saja, itu memang bukan perahunya karena perahu kami sudah disewa untuk rombongan Sahabat Seribu Pulau saja. Yasudahlah, dengan segala petualangan yang telah terjadi sebelumnya, saya pun selamat sampai kapal perahu..hahahhaha phew!
Karena kami semua berasal dari berbagai macam kampus dan sma, jadi ya belum saling mengenal. Wajar lah, masih bergabung dengan kelompok-kelompoknya, baik yang sudah kenal seperti saya dan teman-teman kampus, ataupun yang baru saja kenalan sebelum perahu berangkat. Saya memilih menikmati perjalanan dengan memperhatikan laut dan aktivitasnya dari dalam perahu dan sesekali mengintip dari jendela. Peserta lain ada yang memilih tidur atapun melihat pemandangan melalui atas perahu. Berawal dari lautan yang penuh limbah dan bau di Muara Angke berubah menjadi lautan luas dan berakhir dengan pemandangan yang indah serta bawah laut yang segar ketika sudah hampir mau sampai di Tidung. Seketika kelelahan kami pastinya berubah menjadi semangat karena melihat pemandangan seperti itu.
Ketika tiba di Tidung, seperti biasa di sebuah kegiatan pastinya ada sambutan, pembagian kamar dan sebagainya. Kami berangkat sekitar pukul 8 pagi kemudian tiba sekitar pukul 11 siang. Setelah beristirahat dan sebagainya, kegiatan di hari pertama ini hanya di isi dengan pembukaan, perkenalan antar peserta, dan pembaca rundown kegiatan esok harinya.
Kegiatan hari kedua, dari pagi hingga sore di isi dengan tracking, yaitu mengelilingi keselurhan Pulau Tidung dengan berhenti di pos-pos tertentu berdasarkan petunjuk yang telah mereka berikan. Kami dibagi dalam beberapa kelompok. Saya agak lupa apa saja kegiatannya, yang masih saya ingat itu menanam bibit pohon bakau, diskusi mengenai lingkungan, mencoba daur ulang sampah, dan sebagainya. Tracking ini semacam seperti games. Kami juga memunguti sampah yang kami temui selama mengelilingi pulau. Saya pun lupa kelompok mana yang menang dari kegiatan tracking ini. Setalah tracking dan beristirahat, dimulai sore hingga malam, diadakan acara diskusi bersama para pemuda-pemudi Pulau Tidung. Kegiatan ini lebih seperti FGD (Forum Group Discussion) mengenai Pulau Tidung dan masyarakatnya serta untuk mengeksplorasi tujuan atau impian sretiap individu. Kegiatan ini ditutup dengan sebuah yang dapat dikatakan sebagai hiburan, yaitu semacam hipnosis. Seluruh peserta, panitia, pemuda-pemudi Tidung pun terbahak-bahak dan merasa terhibur. Pada malam hari menuju tengah malam, diadakan acara keakraban dan performances setiap kelompok. Bentuk kegiatan ini adalah api unggun.
Hari ketiga yang merupakan hari penutupan kegiatan dimulai ketika hari menjelang siang. Diawali dengan sambutan dari Bupati Pulau Tidung dan acara ceremonial dari staff GCC kepada Pulau Tidung, dan sejenisnya. Pada kesempatan tersebut, juga diadakan pameran dari hasil masakan (kuliner) karya Ibu-Ibu di Pulau Tidung. Memang sebelumnya, para ibu-ibu telah dibekali untuk mengeksplorasi potensi yang dimiliki Pulau Tidung untuk meningkatkan perekonomian masyarakat. Pada saat itu, bahan utama dari hasil karya masakan ibu-ibu tersebut adalah Sukun. Ada yang jadi keripik, minuman segar, dan sebagainya. Hasil masakan ibu-ibu tersebut ramai dicicipi dan laris juga dibeli. Ibu-ibu tersebut dibagi dalam beberapa kelompok dan kemudian dipilih pemenangnya. Tapi saya pun lupa kelompok mana saja yang menang. Setelah beristirahat akhirnya kami bersiap pulang. Sebelum memasuki perahu, dilakukan ceremonial pemasangan reklame di depan dermaga Pulau Tidung. Ini adalah hasil kerjasama berbagai pihak.
Selama perjalanan pulang, ombak sempat tinggi. Mungkin karena sudah sore hari, jadi air laut sudah meningkat. Diiringi dengan hujan gerimis, percikan-percikan air laut sempat mengenai kami. Seluruh rombongan tetap santai meskipun ada kecemasan sedikit.
Sampai di Muara Angke, kami pun pulang bersama-sama sesuai dengan arah tujuan kami. Pastinya, saya kelompok menuju Blok M. Saya memilih untuk pulang bersama mereka, agar merasa lebih aman saja karena berkelompok. Saat itu hari sudah gelap, jalanan pasar ikan Muara Angke sudah tertutup genangan air. Di kelompok saya, ada seorang yang mencoba mengarahkan kami agar menghindari genangan-genangan air tersebut. Tapi sial, ketika saya mencoba mengambil arah untuk menghindari genangan yang saya pikir itu dalam, ternyata malah kaki kanan saya nyemplung (jatuh) ke genangan air yang ternyata sepertinya itu selokan! Basah lah legging beserta kaki saya..hahahhahahahhahahhahahaha
OH GOD! Langsung lah dengan secepat mungkin saya angkat kaki saya. Hingga betis, kaki saya masuk ke air bau itu. Sungguh bau ikan!! Kami sempat berhenti di sebuah warung terdekat untuk membeli air mineral botol dan menyiram betis saya ini. Bayangkan saya, kami sekitar 10 orang yang semua sudah pada lumayan cukup semriwing ditambah betis saya nyemplung selokan, makin jadi lah semriwingnya..hahahhahahaha sungguh nista! Dari Muara Angke, kami naik angkot ke arah halte transjakarta daerah Pluit kalau tidak salah, kemudian naik transjakarta ke Cawang. Beberapa dari kami termasuk saya, transit di halte Semanggi ke arah Blok M. Angkot yang ditumpangi sih sudah penuh dengan kami, jadi tidak begitu masalah dengan baunya. Karena bau itu, dari kami, dari saya, dan untuk kami..hahahahhahahahhaa
Namun, ketika di halte transjakarta daerah Pluit, petugas di haltenya sempat berkata kami bau ikan dan mengira kami dari muara angke..hahahahhahahaha! Tapi benar, memang kami dari Muara Angke. Oh ya, untuk mengurangi bau-bau ikan ini, saya sempat menyemprotkan parfum teman saya ke betis saya. Siapa tau bisa mengurangi baunya..hahahahhahahahaah. Selama perjalanan kami yaa santai aja dan cuek aja walaupun mungkin tercium bau-bau ditambah lagi kami segerombolan tas beransel..hhahhaha. Sampai di rumah, langsung lah saya bersih-bersih dan melihat ternyata kaki saya agak membiru karena kepentok dinding selokan pas nyemplung tadi..hahahhaha sungguh luar biasa!!!
Oh ya, selain betapa "bolang"nya saya menuju Muara Angke dari rumah dan kejadian nista ketika pulang, selama kegiatan ini pun saya merasa ribet dengan harusnya menggunakan sepeda. Eh, salah! betapa ribetnya mencari sepeda yang ada boncengan untuk saya duduki. Iya, itu karena saya tidak bisa naik sepeda..hahahahhahahaa! Dengan minimnya sepeda yang ada boncengannya, dan seringnya sepeda antar peserta tertukar, alhasil saya pun berganti-ganti pasangan..hhahhahaa! Pasangan yang ngeboncengin maksudnyaa =P Bahkan saya sempat diboncengin bukan pake sepeda, melainkan motor!! hahahahahahhahaaaa
Sesungguhnya Pulau Tidung memang bagus, masyarakatnya juga terbuka, namun sayang memang ada beberapa bagian yang kotor seperti di pantainya. Namun setidaknya menurut saya pada saat itu, masih dapat dinikmati pantainya. Kalau untuk saya pribadi sih, saya lebih menyukai pantai dengan pasir yang luas, tidak seperti di Tidung. Disana bisa juga menikmati water sport. Kalau saya sih memilih untuk tidak mecobanya karena saat itu lebih besar rasa ketakutannya..hehehehehee. Saya lebih concern, kepada infrastruktur jembatan cinta itu. Pada dasaranya saya memang merasa takut jika melewati beberapa jenis jembatan, namun jembatan cinta yang terbuat dari kayu itu membuat ketakutan saya semakin menjadi karena banyak kayu yang bolong-bolong. Sehingga selama perjalanan saya hanya bisa nunduk dan nunduk. Sangat amat takut. Apalagi belum lama, katanya ada yang sempat jatuh karena jembatan yang bolong itu. Alhamdulilah sih tidak apa-apa orangnya. Teman kelompok saya pun sempet nyungsruk di bagian yang bolongnya itu, untung dia juga tidak kenapa-kenapa. Oleh karena itu semakin takut lah saya melewati jembatan itu (saat itu harus menuju tidung kecil dan kembali lagi ke tidung besar), mana saya tidak bisa renang. Sehingga, makin menjadi-jadi lah rasa takutnya..ahahhahahhaa
Sebagaimana kita ketahui, salah satu kekuatan dari Pulau Tidung adalah jembatan cinta tersebut. Apalagi banyak yang loncat dari atas jembatan ke lautnya (kalau saya sih pastinya tidak akan berani..hahahha). Jadi, alangkah baiknya jika pejabat setempat lebih sigap membenahi kerusakan yang ada. Yaaa meskipun itu pasti terkait dengan anggaran ini dan itu. Namun menurut informasi dari teman-teman saya, jembatannya sudah kembali bagus. Saya sih setelah kegiatan ini belum berniat untuk kembali lagi ke pulau tersebut..hehehehe
Jembatan Cinta (yang ini sih ambil dari google) |
Dalam kegiatan ini kita tetap membayar loh (meskipun dibawah harga standar apabila kita berlibur ke Pulau Tidung), jadi berhak dong yaa kalo kita juga having fun di sana..hehehe! Di luar itu semua, menurut saya, kegiatan ini sangat berguna untuk meningkatkan kepedulian kita untuk menjaga lingkungan dimana pun kita berada meskipun di saat kita sedang berlibur. Kita juga bisa saling bertukar informasi mengenai kehidupan di kota (Jakarta) dengan masyarakat pulau (Tidung). Setidaknya ini dapat meningkatkan kita untuk saling menghargai antar sesama dan dengan lingkungan juga. Seperti ketika mengikuti berbagai kegiatan, pastinya dalam kesempatan ini kami semua menambah teman dan networking. Hingga kini, saya pun masih berteman dengan mereka setidaknya dalam sosial media. Kami semua pun masih teringat dengan kesan dan kenangan yang terjadi selama kegiatan ini.
salam wisata pulau tidung,,semoga pulau tidung bisa menjadi lebih baik dan semkin banyak dikunjungi wisatawan..by www.pariwisatapulautidung.com
BalasHapus