Nenek dan Rubah

Di sebuah lingkungan yang asri, tinggal lah seorang nenek sebatang kara. Di dekat rumahnya, hidup lah seekor Rubah yang berkeliaran. Suatu hari, ketika sang Nenek sedang mencari kayu di hutan, si Rubah berulah. Dikarenakan Rubah sangat haus, tanpa berpikir panjang Rubah meminum hampir seember susu si Nenek. 

Sesaat sang Nenek kembali ke rumah dan melihat susunya yang hanya tinggal sangat sedikit itu, Nenek pun mencari tahu siapa yang mencuri susunya tersebut. Alhasil, ketauan lah bahwa si Rubah yang meminumnya. Kemudian sang Nenek marah dan memotong ekor si Rubah. Dengan rasa menyesal, Rubah memohon kepada Nenek untuk mengembalikan ekornya itu. Sang Nenek pun berjanji bahwa ia akan menjahit ekornya tersebut apabila Rubah mengembalikan susu sang Nenek. Rubah pun menyanggupinya demi ekornya dikembalikan.

Mulailah petualangan dan usaha Rubah untuk mengembalikan susu sang Nenek.

Si Rubah dengan cepat menemui sapi untuk meminta susu. Namun sapi memberi syarat, ia akan memberi susunya jika Rubah memberinya rumput. Dengan sigap, Rubah pergi ke padang rumput untuk meminta rumput. Lalu padang rumpu berkata "Ambilkan aku air". Walau merasa lelah, si Rubah tetap pergi ke sungai untuk meminta air. Namun sesampainya di sungai, Rubah masih mendengar kembali sebuah permintaan. Sungai berkata "Ambilkan saya kendi". 

Dengan rasa yang hampir putus asa, Rubah kembali berjalan petualang untuk mencari kendi. Ia merasa sangat menyesal mengambil yang bukan miliknya itu (red-susu). Hanya untuk kesenangan sesaat, ia harus kehilangan sesuatu yang sangat berharga (red-ekor) dan harus sangat berusaha susah payah demi mendapatkan ekornya kembali.

Meskipun begitu, si Rubah tetap menjalani petualangannya itu. Hingga akhirnya ia bertemu seorang penjual kendi untuk meminta kendi yang akan digunakan untuk mengambil air. Namun lagi lagi, gadis tersebut meminta Rubah untuk memberinya manik-manik terlebih dahulu. Ya, memang gadis itu pengoleksi berbagai aksesoris manik-manik. Dengan semangat yang masih ada di dalam diri Rubah, ia pun mencari pedagang manik-manik. Namun, pedagang tersebut baru akan memberikan manik-manik dengan ditukar oleh telur. Berlari lah Rubah ke kawanan ayam betina untuk meminta telurnya namun ayam betina itu meminta Rubah untuk memberinya panganan beras!

Semakin lelah, sedih, dan penyesalan mendalam yang dirasakan si Rubah. Pikiran dan perasaan kalut yang mengiringinya dalam perjalanan ke sawah untuk mencari beras. Betapa menderitanya ia untuk mendapatkan ekornya kembali. Untuk meredakan dirinya, ia pun memutuskan untuk beristirahat dahulu di pematang sawah dan merenungi semua perjalanannya ini, dari awal hingga detik ini. Di tengah rasa ke-putus-asa-an, datang lah seorang penumbuk padi. Ia merasa kasihan dan simpati dengan Rubah yang terlihat sedih dan putus asa itu.

Singkat cerita, Rubah pun bercerita kepada penumbuk padi itu. Lalu diberikan lah kepada Rubah, sekantung beras sesuai dengan permintaan ayam betina. Rubah pun sangat gembira dan sangat berterima kasih kepada penumbuk padi. Kemudian, berawal dari diberikannya beras kepada ayam  betina, alhasil si Rubah pun mendapatka ekornya kembali dari si Nenek. Rubah pun pergi bahagia.


~~ Dalam hidup pasti ada keterikatan satu sama lain. Tidak ada yang kebetulan. Semua terjadi karena adanya sebab-akibat. 
~~ Hidup harus diiringi dengan usaha yang kuat untuk mencapai keinginan dan hal yang diyakini. 
~~ ....

~~Sumber: Buku " Where You Go, There You Are" by Jon Kabat-Zinn

Komentar